ILMU BUDAYA DASAR
2. Manusia dan Keindahan
![](file:///C:/Users/User/AppData/Local/Packages/oice_16_974fa576_32c1d314_3187/AC/Temp/msohtmlclip1/01/clip_image002.png)
Nama
Aminah Khansa Kamila (10119659)
Fahrial Pakusadewa (12119173)
Mochammad Wizdan Qutra Tu’ain (13119772)
Naufal Anas (14119711)
Tengku Adinda Zhafirah Fitri (16119316)
1KA14
Sistem Informasi
Universitas Gunadarma
2020
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan
hidayah-Nya, Shalawat serta salam tidak lupa kami panjatkan kepada junjungan Baginda
Nabi Muhammad SAW beserta para keluarganya, sehingga kami bisa menyusun dan
menyajikan makalah ilmu budaya dasar ini yang berisi tentang keterkaitan
Manusia dan Keindahan. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih kepada Bapak
Budiman selaku dosen pembimbing Ilmu Budaya Dasar kami sehingga makalah
Manusia dan Keindahan ini dapat tersusun dengan baik. Makalah ini di buat
sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas Mata Kuliah ilmu budaya
dasar(IBD).
Dalam penyusunan dan penulisan
makalah ini,kami menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan. Kami telah berusaha semaksimal mungkin untuk dapat menuangkan ide
kami kedalam makalah ini, walaupun didalam penulisan dan penyusunan makalah ini
kami banyak menghadapi berbagai kesulitan
karena keterbatasan ilmu pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu,kami
mengharapkan kritik serta saran yang membangun guna menyempurnakan makalah ini
dan dapat menjadi acuan dalam menyusun makalah-makalah atau tugas –tugas selanjutnya
Kami juga memohon maaf apabila
dalam penulisan Makalah Ilmu Budaya Dasar ini terdapat kesalahan pengetikan dan
kekeliruan sehingga membingungkan pembaca dalam mememahami maksud kami.
Semoga makalah ini bisa bermanfaat dan berguna untuk referensi bagi para
teman-teman yang membacanya.
Depok, 15 Maret 2020
Hormat Kami
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR .............................................................................................i
DAFTAR
ISI ..........................................................................................................ii
BAB
I PENDAHULUAN ...................................................................................1
1.1 Latar Belakang ...................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah ..............................................................................2
1.3 Tujuan Penulisan ................................................................................2
BAB
II PEMBAHASAN .....................................................................................3
2.1 Konsep Keindahan .............................................................................3
2.2 Definisi Keindahan .............................................................................3
2.3 Unsur Keindahan ................................................................................7
BAB
III PENUTUP..............................................................................................10
3.1 Kesimpulan
......................................................................................10
DAFTAR
PUSTAKA ...........................................................................................11
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keindahan dapat
dijumpai dalam berbagai bentuk ciptaan, baik itu karya budaya ciptaan manusia
maupun alam ciptaan Tuhan. Keindahan dapat meresap ke dalam jiwa manusia
apabila dihayati. Untuk itu, perlu dilakukan berbagai pendekatan terhadap
keindahan. Melalui berbagai pendekatan akan dapat dirasakan pengaruh keindahan
terhadap jiwa mabusia. Pengaruh tersebut akan terwujud dalam bentuk kehalusan
sikap, tingkah laku, dan perbuatan manusia.
Semua orang menginginkan keindahan.
Keindahan tersebut, antara lain terdapat dalam kerapian dan keselarasan
berpakaian. Kerapian dan keselarasan berpakaian membuat orang lain menjadi
kagum melihatnya, sehingga terungkap kata cantik, ganteng, cakap, dan
sebagainya. Dibalik semua itu, tersimpul harga diri, kenikmatan, kehalusan, dan
kebersihan jiwa. Kebiasaan berpakaian rapi dan indah berpengaruh pada jiwa
manusia berupa sikap ingin selalu bersih, diteladani, simpati, dan disiplin.
Simpati, karena orang yang melihat merasa terlibat dengan kerapian dan
keindahan itu.
(Muhammad, 2011, hal 126)
Dalam membicarakan manusia dan Tuhannya,
kita tidak luput dari kata-kata indah. Misalnya Tuha memiliki norma-norma yang
indah (QS. 7:180; 17:110; 20:8). Demikian pula bahwa manusia diciptakan paling
indah (QS. 64:3). Ajaran Tuham adalah indah (QS. 39:55). Al-Qur’an mengandung
berita-berita paling indah (QS. 12:3). Demikian pula kata indah diterapkan
untuk persatuan orang-orang beriman, para nabi, orang-orang yang menyaksikan
kebenaran agama dalam kata dan perbuatan, dan orang-orang yang saleh merupakan
persahabatan yang sangat indah. Pendek kata, keindahan memiliki dimensi
interaksi yang sangat luas, baik untuk hubungan manusia dengan hernia, hubungan
manusia dengan manusia, hubungan manusia dengan Tuhannya ataupun bagi manusia
itu sendiri yang melakukan interaksi.
(Sulaeman,
hal 110)
1.2 Rumusan Masalah
1. Konsep dari keindahan ?
2. Apa yang dimaksud dengan
keindahan ?
3. Apa saja unsur dari
keindahan ?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk memahami konsep
dari keindahan
2. Untuk mengetahui definisi
dari keindahan
3. Untuk mengetahui unsur
dari keindahan
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
Konsep Keindahan
Konsep Keindahan adalah abstrak dan tidak
dapat berkomunikasi sebelum diberi bentuk. Oleh karena itu, banyak pemikir yang
tidak puas terhadap pendapat yang menyatakan bahwa keindahan itu hasil meniru
dari alam. Dan meniru dari alam belum tentu menciptakan keindahan. Melalui
proses mencari pemberian untuk imajinasinya, seseorang akan mencapai keindahan.
Keingintahuan dan dambaan akan keindahan akan membantu keindahan.
(Sulaeman,
hal 109)
2.2
Definisi Keindahan
Keindahan atau estetika berasal dari kata
Yunani yang berarti merasakan to
sense atau to perceive. Pengalaman keindahan termasuk ke dalam
tingkat persepsi dalam pengalaman manusia, biasanya bersifat visual (terhilat)
atau terdengar (auditory) walaupun tidak terbatas pada dua hubungannya
dengan rasa sentuh , rasa ,atau bau .
Pengalaman keindahan mencakup penyerapan
perhatian yang menyenangkan dalam pengalaman perseptual sejauh ia timbul dari pandangan
yang sepi disebut manusia. Emosi estetis dapat dibangkitkan karena hasil-hasil
kesenian ketika seniman berusaha menimbulkan respons ,atau dapat di bangkitkan
oleh bermacam-macam objek atau pengalaman yang terjadi secara tak dituangkan ke
dalam kehiduap sehari hari. (Titus, Smith, dan Nolan, 1979)
(Sulaeman,
hal 109)
Keindahan berasal dari kata dasar “indah”, yang dapat
diartikan bagus, cantik, molek, elok, dan permai, yaitu sifat yang
menyenangkan, menggembirakan menarik perhatian, dan tidak membosankan yang
melekat pada suatu objek. Objek tersebut berbentuk konkret, dapat berupa benda,
ciptaan, perbuatan, atau keadaan.
Indah dalam Bahasa
Yunani disebut “aisthesis”, diserap ke dalam Bahasa Indonesia menjadi
estetis, artinya sifat indah, yaitu nilai kualitas dari suatu objek. Jadi suatu
objek dikatakan indah apabila menyenangkan, menggembirakan, menarik perhatian,
dan tidak membosankan orang yang melihat, mendengar, atau mengalaminya.
Rasa keindahan (sense
of beauty) adalah rasa yang diterima oleh hati nurani sebagai hal yang
menyenangkan, menggembirakan, menarik perhatian, dan tidak membosankan. Jadi,
sesuatu itu dikatakan memiliki rasa keindahan apabila memenuhi sifat kualitas
berikut ini:
a.
menyenangkan (happy);
b.
menggembirakan (cheerful);
c.
menarik perhatian (attractive); dan
d.
tidak membosankan (unboring)
Sifat keindahan (nature of beauty) bersumber
dari unsur rasa yang ada dalam diri manusia, yang memberi pertimbangan bahwa
keindahan itu adalah kebaikan dan dibenarkan oleh akal. Sifat keindahan itu
adalah kebaikan (goodness), artinya setiap sesuatu yang indah pasti
menyenangkan, menggembirakan, menarik perhatian, dan tidak membosankan.
Selain sifat keindahan yang telah disebutkan tadi, ada
pula sifat keaslian (organality), artinya objek itu asli, bukan tiruan,
setiap objek yang asli selalu memiliki keindahan, artinya menyenangkan,
menggembirakan, menarik perhatian, dan tidakk membosankan orang yang
melihatnya.
Sifat keindahan itu adalah keabadian (durability),
artinya tidak pernah dilupakan, tidak pernah hilang, atau susut. Karya musik Beethoven
tidak pernah dilupakan orang karena keindahan itu abadi. Suatu objek yang
memiliki keindahan yang abadi tidak pernah hilang ataupun tidak susut.
Sifat keindahan juga adalah kewajaran (properliness),
artinya tidak berlebihan dan tidak pula kekurangan, menurut apa adanya.
(Muhammad, 2011, hal 111-115)
Kebudayaan itu
terpelihara terus kelestarian dan kelangsungannya karena keindahannya. Jadi,
keindahan itu menentukan kelestarian dan kelangsungan suatu kebudayaan.
Keindahan dapat dinikmati melalui selera seni atau selera biasa. Keindahan
melalui selera seni didasari oleh faktor kontemplasi (contemplation) dan
faktor ekstasi (ecstasy). Dalam Kamus Inggris-Indonesia oleh John
M. Echols dan Hassan Shadily (1995), kontemplasi menurut arti kata
adalah perenungan, pemikiran, dan penatapan tentang sesuatu. Dalam konteksnya
dengan keindahan kontemplasi merupakan perenungan, pemikiran, dan penatapan
tentang sesuatu yang indah dan ini cara mengisi waktu yang menyenangkan. Dengan
kata lain, kontemplasi adalah dasar dalam diri manusia untuk menciptakan
sesuatu yang indah. Dalam kamus tersebut, ekstansi menurut arti kata adalah
kegembiraan luar biasa mengenai sesuatu. Dalam konteksnya dengan keindahan
ekstasi adalah perasaan gembira dan senang melihat atau mengalami sesuatu yang
indah. Dengan kata lain, ekstasi adalah dasar dalam diri manusia untuk
merasakan dan menikmati sesuatu yang indah.
Apabila dihubungkan
dengan kreativitas, kontemplasi merupakan faktor pendorong untuk menciptakan
sesuatu yang indah, sedangkan ekstasi merupakan faktor pendorong untuk
merasakan dan menikmati sesuatu yang indah. Dalam diri manusia terdapat faktor
kontemplasi dan ekstasi, oleh karena itu keindahan tidak dapat dipisahkan dari
kehidupan manusia. Semua manusia membutuhkan keindahan. Dalam keindahan
tercermin unsur keserasian dna kehalusan. Keserasian adalah kemampuan menata
sesuatu yang dapat dinikmati orang lain karena indah. Keserasian itu dikatakan
indah karena cocok, sesuai pantas, serta keterpaduan beberapa kualitas.
Nilai moral dan
ekstetis adalah kebaikan, dan kebaikan itu adalah keindahan. Keindahan adalah
bagian dari kehidupan manusia yang merupakan kebutuhan kodrati. Karena itu,
manusia berusaha menciptakan keindahan. Untuk memenuhi kebutuhan akan
keindahan, manusia berkreativitas menghasilkan karya cipta.
Keburukan harus
disingkirkan dan diganti dengan keindahan. Keindahan adalah nilai yang
menghargai dan menghormati serta mengangkat martabat manusia.
(Muhammad, 2011, hal 118-121)
Keindahan dapat dijumpai berbagai bentuk ciptaan, baik
itu karya budaya ciptaan manusia maupun alam ciptaan tuhan keindahan dapat
merasap ke dalam jiwa manusia apabila dihayati. Untuk itu, perlu dilakukan
berbagai pendekatan terhadap keindahan. Melalui berbagai pendekatan akan dapat
dirasakan pengaruh keindahan terhadapan jiwa manusia. Semua orang menginginkan keindahan.
Keindahan tersebut, antara lain terdapat dalam kerapian dan keselarasan berpakaian membuat orang lain menjadi
kagum melihatnya, sehingga terungkap kata cantik, ganteng, cakep, dan
sebagainya. Di balik semua itu, tersimpul harga diri, kenikmatan, kehalusan,
dan kebersihan jiwa.
(Muhammad, 2011, hal 126)
Keindahan adalah identik dengan
kebenaran. Keindahan adalah kebenaran, dan kebenaran adalah keindahan. Keduanya
mempunyai nilai yang sama yaitu abadi, dan mempunyai daya tarik yang selalu
bertambah, yang tidak mengandung kebenaran berarti tidak indah. Karena itu
tiruan lukisan Monalisa tidak indah, karena dasarnya tidak benar
Keindahan juga bersifat universal,
artinya tidak terikat oleh selera perorangan, waktu dan tempat, selera mode,
kedaerahan atau lokal
(Prasetya, 1991, hal 75)
The Liang Gang menjelaskan bahwa
keindahan dalam arti luas mengandung pengertian ide kebaikan. Misalnya Plato
menyebut watak yang indah dan hukum yang indah, sedangkan Aristoteles
merumuskan keindahan sebagai sesuatu yang baik dan juga menyenangkan
Bangsa Yunani mengenal pengertian keindahan
dalam arti estetik disebutnya “symmetria”untuk keindahan berdasarkan
pengelihatan dan “harmonia”untuk keindahan berdasarkan pendengaran
Keindahan dalam arti estetik murni
menyangkut pengalaman estetik seseorang dalam hubungannya dengan segala sesuatu
yang diserapnya.
Keindahan dalam arti yang terbatas
mempunyai arti yang lebih disempitkan sehingga hanya menyangkut benda-benda
yang dapat diserap dengan pengelihatan, yakni berupa keindahan bentuk dan
warna.
(Prasetya, 1991, hal 76)
Keindahan pada dasarnya adalah
sejumlah kualitas pokok tertentu yang terdapat pada suatu hal. Kualitas yang
paling sering disebut adalah kesatuan (unity), keseimbangan (balance), dan
kebaikan (contrast).
Keindahan tersusun dari berbagai
keselarasan dan kebaikan dari garis,
warna, bentuk, nada, dan kata-kata. Ada pula yang berpandapat, bahwa keindahan
adalah suatu kumpulan hubungan-hubungan yang selaras dalam suatu benda dan di
antara benda itu dengan si pengamat.
(Prasetya, 1991, hal 77)
2.3
Unsur dari Keindahan
Keindahan
tersusun berbagai keselarasan dan kebalikan dari garis, warna, bentuk, nada,
dan kata-kata. Ada pula berpendapat bahwa keindahan adalah suatu kumpulan
hubungan-hubungan yang selaras dalam suatu benda dan diantara benda itu dengan
si pengamat. Didalam keindahan juga terdapat unsur lainnya yaitu:
a. Nilai estetik
Dalam rangka teori umum tentang nilai The
Liang Gie menjelaskan bahwa, pengertian keindahan di anggap sebagai salah
satu jenis nilai seperti halnya nilai moral, nilai ekonomi, nilai pendidikan,
dan sebagaiya. Nilai yang berhubungan dengan segala sesuatu disebut nilai
estetik. Masalah sekarang ialah: apakah nilai estetik itu ? Dalam bidang
filsafat, istilah nilai sering kali dipakai suatu kata benda abstrak yang
berarti keberhargaan (worth) atau kebaikan (goodness).
Nilai estetik adalah sesuatu semata-mata
realita psikologik yang harus dibedakan secara tegas dari kegunaan, karena
terdapat pada jiwa manusia dan bukan pada benda itu sendiri. Nilai ini ada yang
membedakan antara lain nilai subyektif dan nilai obyektif. Ada lagi nilai
perseorangan dengan nilai kemasyarakatan. Penggolongan yang lebih penting ialah
nilai ekstrinsik dan nilai instrinsik. Nilai ekstrinsik di pandang dari
bendanya, sedangkan nilai instriksik dan isinya.
Dalam “Dicstionary of Socialogy and
Related Science” diberikan rumusan tentang nilai sebagai berikut:
“The believed Capacity of any object to
saticgy a human desire. The Quality of any object which causes it be of
interest to an individual of a group” (Kumpulan yang dianggap ada pada suatu
benda yang dapat memuaskan keinginan manusia. Sifat dari suatu benda yang
menarik minat seseorang atau suatu kelompok).
Hal itu berati, bahwa nilai adalah
semata-mata adalah realita psikologi yang harus dibedakan secara tegas dari
kegunaan, karena terdapat dalam jiwa manusia dan bukan pada hendaknya itu
sendiri. Nilai itu (oleh orang) dianggap terdapat pada suatu benda sampai
terbukti letak kebenarannya.
b. Nilai ekstrinsik
Nilai ekstrinsik adalah sifat baik dari suatu benda
sebagai alat atau sarana untuk sesuatu hal lainnya (“instrumental/contributory
value), yakni nilai yang bersifat sebagai alat atau membantu.
Contoh :
1.
Puisi,
bentuk puisi yang terdiri dari bahasa, diksi, baris, sajak, irama, itu disebut
nilai ekstrinsik.
2.
Tari,
tarian Damarwulan – Menakjinggo suatu tarian yang halus dan kasar dengan segala
macam jenis pakaian dan gerak-geriknya adalah tari perang antara Damarwulan –
Menangjinggo merupakan nilai ekstrinsik.
c. Nilai intrinsik
Nilai intrinsik adalah sifat baik dari benda
yang bersangkutan, atau sebagai suatu tujuan, ataupun demi kepentingan benda
itu sendiri.
Contoh :
1.
Sedangkan
pesan yang ingin disampaikan kepada pembaca melalui (alat benda) puisi itu
disebut nilai intrinsik.
2.
Pesan
yang disampaikan oleh tarian itu ialah kebaikan melawan kejahatan merupakan
nilai instrinsik.
(Widaghdo,
2017, hal 62-66)
BAB III
PENUTUP
3.1
KESIMPULAN
Manusia
dengan keindahan saling keterkaitan dan keselarasan. Keindahan yaitu suatu
pandangan manusia terhadap benda atau karya seseorang atau nilai yang dijunjung
oleh seseorang yang menganggap karya atau benda tersebut menarik atau tidak.
Penganggapan keindahan memiliki arti atau opini yang berbeda-beda di setiap seseorang,
maka dari itu keindahan memiliki arti dan opini yang sangat luas. Keindahan
tidak melekat sama sekali dengan yang namanya
kebaikan, karena apabila seseorang membuat sebuah karya, yang dimana
karya tersebut memiliki makna seperti penjajahan, maka belum tentu karya itu
tidak memiliki nilai keindahan didalam karya tersebut. Karena menurut pandangan
kebanyakan orang yang namanya suatu penjajahan itu tidak baik. Maka dari itu
yang namanya tidak baik belum tentu tidak memiliki nilai keindahan. Karena untuk
mengatakan dan menilai suatu karya atau benda tersebut indah atau tidaknya,
maka setiap orang memiliki pandangan dan kriterianya masing-masing sesuai apa
yang mereka inginkan.
DAFTAR
PUSTAKA
1.
Prasetya,
dkk. 1991. Ilmu Budaya Dasar MKDU. Jakarta: PT RINEKA CIPTA.
2.
Widaghdo,
dkk. 2017. Ilmu Budaya Dasar. Jakarta: PT Bumi Aksara
3.
Muhammad. 2011.
Ilmu Budaya Dasar Edisi Revisi. Bandung: PT Citra Aditya Bakti
4.
Sulaeman.
2018. Ilmu Budaya Dasar Edisi Revisi. Bandung: PT Refika Aditama
Komentar
Posting Komentar